Sunday, January 12, 2014


Foto : Wali Nanggroe Aceh

Banda Aceh—Wali Nanggroe Malik Mahmud Al Haytar mengungkapkan bahwa demokrasi di Aceh terus berkembang. Dan, kata dia, Pemerintah Aceh juga membuka keran partisipasi perempuan dalam politik selebar-lebarnya. “Dari dulu perempuan Aceh berperan dalam politik,” kata Malik Mahmud seraya menunjukkan lukisan yang menggambarkan perang Aceh di ruangan Pendopo Gubernur, Jumat (10/1/2013), saat menerima kunjungan Director Program on Peace Building and Rights dari Universitas Columbia, David L Philips.

“Aceh punya Laksamana Keumalahayati dan Aceh juga pernah dipimpin oleh sultanah pada masa silam,” ujarnya lagi.

Suasana pertemuan kadang diselingi oleh gelak tawa, terlebih saat Philips menyinggung tentang kebijakan Pemerintah Kota Lhokseumawe yang melarang perempuan duduk mengangkang. Isu tersebut terhembus hingga ke Amerika sana.

“Itu adalah pembuatan kebijakan sepihak oleh Pemkot Lhokseumawe, dan itu lelucon yang sangat memalukan,” kata Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah seraya tertawa.

Sedangkan Philips menuturkan sangat penting membagi kondisi Aceh kepada dunia internasional.

“Dunia tidak paham tentang hubungan Islam dan perempuan di Aceh,” katanya.
 

0 comments:

Post a Comment