Foto : Gerbong kereta api di
Lhokseumawe.
Jam menunjuk sekitar pukul 10 pagi. Langit di Desa Bungkaih, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara bersinar cerah. Pagi itu Selasa, 21 Januari 2013. Jalan menuju ke Kereta Api (KA) stasiun Bungkaih tampak lengang.
Di ruang tunggu loket, tidak tampak satupun penumpang, begitu pula
dengan petugas. Belum ada aktifitas berarti di tempat itu. Suasana di
sekeliling stasiun tampak masih sepi.
Tak jauh dari ruang
tunggu loket, tampak Kereta Rel Diesel (KRD) atau yang biasa dikenal
dengan sebutanCommuter Line terparkir dipo(tempat penyimpanan kereta).
Arminizar Abdullah,Kepala Operasional Stasiun Kereta Api Perintis Aceh, yang terletak di Desa Bungkaih, Kecamatan Dewantara,
ia mengatakan
“Setau saya sejauh ini belum ada wacana untuk dilakukan rekrutmen
pegawai. Terlebih proses rekrutmen pegawai butuh proses yang panjang.
Harus ada seleksi administrasi, tes tertulis, tes kesehatan, wawancara,
diklat prajabatan, diklat kejuruan, sampai diklat traksi,” ujarnya
Kereta Rel Diesel Perintis Aceh mulai diujicoba pada tanggal 1 Desember 2013 yang lalu.
Hari itu bisa dikatakan menjadi hari bersejarah bagi dunia
perkeretapian di Aceh. Betapa tidak, setelah puluhan tahun tidak
memiliki kereta api (terakhir sekitar tahun 1975) kini kereta api
kembali hadir ke tengah-tengah masyarakat Aceh.
KRD pun menjadi transportasi yang sudah bertahun-tahun ditunggu-tunggu oleh masyarakat Aceh.
KRD yang terdiri dari dua gerbong dan mampu menampung sekitar 150 orang
ini mulai beroperasi dengan rute dari Krueng Manee hingga Krueng Geukuh
dengan jarak 11,35 Kilometer dengan kecepatan 25 kilometer per jam.
Menurut pantauan Arminizar selama ini, masyarakat sangat antusias menyambut KRD Perintis Aceh.
“Mulai dari Anak-anak, remaja, orang tua, semuanya tertarik naik Kereta Api,” ujarnya sumringah.
Menurutnya memang ada baiknya segera dioperasionalkan KRD tersebut.
Secara teknis, dengan semakin sering dilaluinya rel oleh kereta maka
kepadatan tanah akan semakin baik dan jalan rel akan stabil. Begitu pula
sebaliknya, jika terus dibiarkan menganggur tanpa kereta maka rel
bisa-bisa rusak.
“Aceh butuh Kereta Api. Saya sangat
menyayangkan jika dikatakan tidak perlu, terlebih dikatakan KA di sini
mirip odong-odong. Kereta Api Aceh bukan odong-odong
Home
»
DAERAH
» Nasib Kereta Api "Odong-odong" ala Aceh Yang Hanya Punya Rute Jarak Tempuh 11 KM Lebih
Tuesday, January 28, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment