Saturday, February 8, 2014

Jakarta - Hukuman mati yang dijatuhkan pemerintah Singapura terhadap dua anggota TNI dari Korps Komando Operasi (KKO)--kini disebut sebagai marinir, yaitu Usman Hj Mohd Ali dan Harun Said, membawa luka bagi hubungan Indonesia-Singapura. Setelah kejadian itu, seperti dituturkan Abdul Rachman Ramli, Kepala Perwakilan Indonesia di Singapura saat itu, dalam buku Soeharto Untold Stories, makin tidak harmonis.
Sebagian besar warga Indonesia di Singapura pun dipulangkan, sementara di dalam negeri mahasiswa tengah bersiap menduduki kantor perwakilan Singapura di Indonesia. Namun upaya perdamaian dua negara bertetangga itu tetap dilakukan. Dua tahun setelah pemberian hukuman mati dijatuhkan tahun 1968, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia.

Menurut Ramly, Presiden Soeharto mengajukan syarat jika Singapura mau memperbaiki hubungan. Salah satunya, Perdana Menteri Lee Kuan Yew harus berziarah ke makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan. Perdana Menteri Singapura itu sebaiknya menabur bunga di makam kedua prajurit marinir tersebut. Bukan meletakkan karangan bunga di kaki tugu makam, seperti layaknya tamu negara lain yang datang ke Taman Makam Pahlawan.
“Ini syarat yang tak lazim. Namun entah dengan pertimbangan apa, PM Lee Kuan Yew setuju meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun,” kata Ramly dalam pernyataan tertulisnya di buku Soeharto.

Setelah kejadian tersebut, menurut Ramly, hubungan Indonesia dan Singapura pun berangsur membaik. Ramly menilai Soeharto sebagai panglima tertinggi berusaha semaksimal mungkin membela dan menghormati anak buahnya. Pembelaan dan penghormatan tersebut salah satunya ditunjukkan saat Lee Kuan Yew datang ke Indonesia.
Yang jelas pada kunjungan itu juga diikuti dengan penandatanganan perjanjian batas laut antara RI dan Singapura. Meskipun perjanjian itu penting buat kedua negara, khusus untuk Singapura menjadi modal beberapa bagian dibangun dan direklamasi.

Kini hubungan dua negara ini kembali runyam setelah pemerintah Singapura mengkritik keputusan pemerintah Indonesia yang akan menyematkan nama Usman-Harun pada salah satu fregat yang baru dibeli dari Inggris. Singapura keberatan karena Usman dan Harun dianggap sebagai teroris yang meledakkan gedung di Singapura dan dihukum mati atas perbuatannya. 

0 comments:

Post a Comment