Thursday, December 26, 2013

BIMA-Kabar duka menyelimuti Kabupaten Bima. Bupati Bima H Ferry Zulkarnain tutup usia sekitar pukul 07.30 Wita, kemarin. Almarhum meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya kambuh setelah meninjau masyarakatnya yang terkena musibah banjir.
Radar Tambora (JPNN Group) melaporkan, almarhum yang akrab dipanggil Dae Ferry ini dibawa ke RSUD Bima sekitar pukul 05.30 Wita. Almarhum yang tak sadarkan diri sempat mendapatkan perawatan sekitar dua jam namun akhirnya meninggal.

Istri almarhum, Hj Indah Damayanti Putri nampak terpukul atas berpulangnya suami tercinta. Keluarga besar termasuk warga Kabupaten Bima pun larut dalam duka atas kepergian Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Bima ini.
Kasubag Informasi dan Pemberitaan Humas dan Protokol Kabupaten Bima, Suryadin mengatakan, beberapa hari sebelum meninggal, almarhum masih melakukan aktivitas sebagai Bupati Kabupaten Bima. Bahkan, Rabu (25/12) lalu, seharian Dae Ferry turun meninjau musibah banjir di lima kecamatan di Kabupaten Bima. Yaitu, Kecamatan Palibelo, Madapangga, Woha, Monta, dan Bolo.
“Bapak Bupati baru pulang meninjau banjir sekitar pukul 17.00 Wita,” jelasnya.
Diduga, Dae Ferry meninggal akibat penyakit jantungnya kambuh karena kelelahan setelah keliling melihat kondisi masyarakatnya. Apalagi, tahun lalu pernah dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, karena serangan jantung. Saat itu, dokter menyarankan agar Sultan Bima ke-XVI ini istirahat total.
“Mungkin penyakit jantung Bapak Bupati kambuh lagi, karena terlalu capek turun meninjau banjir ,” duganya.

Dokter RSUD Bima, dr Muhammad Ali membenarkan almarhum meninggal akibat serangan jantung. "Bapak Bupati terkena serangan jantung," katanya.

Saat dilarikan ke RSUD Bima, almarhum sudah tidak sadar. Sedikitnya empat orang dokter berupaya keras melakukan tindakan medis agar almarhum selamat. Namun takdir berkata lain. “Ada empat dokter spesialis yang menangani Bapak Bupati sebelum meninggal,” jelasnya.
Dia juga mengaku penyakit jantung almarhum  kambuh karena kelelahan. Apalagi sehari sebelumnya, almarhum keliling ke sejumlah kecamatan untuk meninjau musibah banjir. "Bisa jadi karena terlalu capek, penyakit beliau kambuh lagi. Karena penyakit jantung itu, tidak boleh terlalu capek," jelasnya.
Sementara itu, rencananya, jenazah Dae Ferry akan dimakamkan di Danatraha hari ini. Jenazah almarhum akan diserahkan keluarga yang diwakili Dr Hj Siti Maryam SH pada pemerintah daerah.
“Jenazah almarhum akan diterima Wakil Bupati Bima Drs H Syafrudin HM Nur MPd dan kepala SKPD serta PNS di pandopo bupati untuk dimakamkan,” terangnya.

Selanjutnya, jenazah akan disalatkan di Masjid Sultan Muhammad Salahudin, diusung delapan orang suba berpakaian Siki Lanta (Pakaian Adat) dan 10 anggota majelis adat. “Pemakaman almarhum akan dilakukan sekitar pukul 09.00 Wita di Danatraha secara militer. Dengan inspektur upacara Gubernur NTB,” bebernya.
Wali Kota Bima, HM Qurais H Abidin mengaku sangat kehilangan dengan kepergian H Ferry Zulkarnain. “Saya tahu persis sifat almarhum. Tidak pernah memandang orang dari status sosial atau karena harta,” katanya.
Almarhum Ferry merupakan sosok yang sabar, tidak pernah menunjukkan emosi meskipun saat sedang marah. Setiap persoalan selalu dia katakan, semua bisa diselesaikan. “Yang cukup berkesan dari sifat almarhum, lebih mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentinganya pribadi,” terangnya.
Menurutnya, kepergian H Ferry merupakan duka bagi warga Kota dan Kabupaten Bima. Dia berpesan kepada keluarga dan kerabat yang ditinggalkan tidak larut dalam kesedihan.
Wakil Ketua DPRD Kota Bima Feri Sofiyan mengaku, Bupati Ferry merupakan guru yang banyak mengajarinya tentang dinamika politik. “Saat itu saya masuk menjadi anggota dewan, almarhum banyak mengajari tentang kepemimpinan,” ungkapnya.
Kepala BKD Kota Bima Tajudin mengatakan, almarhum merupakan pemimpin yang baik. Tidak menempatkan diri sebagai pemimpin yang ditakuti, justru sebaliknya.
Selama delapan tahun menjadi Bupati Bima, almarhum tidak pernah menunjukkan sikap arogan. Ketika ada persoalan tidak pernah mengambil keputusan sendiri.
“Dae Ferry selalu berdiskusi dengan kami bawahan sebelum mengambil keputusan atas satu persoalan,” katanya.

Tidak hanya itu, almarhum tidak pernah mengambil keputusan dalam keadaan emosi. Jika ada bawahannya berbuat kesalahan, tidak serta merta langsung dihukum. “Almarhum memiliki sifat pemaaf. Selalu memberikan kesempatan pada bawahannya yang berbuat salah untuk memperbaiki diri dan berubah,” terangnya

0 comments:

Post a Comment