BANDA ACEH - Lima orang yang menamakan dirinya Barisan Pendukung Partai Aceh (BPPA) dan mengaku dari unsur PA/KPA serta simpatisan Partai Aceh (PA), menuntut Ketua Umum Dewan Pimpinan Aceh Partai Aceh (DPA PA), Muzakir Manaf yang lebih dikenal dengan panggilan Mualim, agar mundur dari jabatannya itu.
Tuntutan
mundur tersebut mereka cetuskan dengan catatan jika Mualim tidak
merespons tiga tuntutan mereka. Salah satunya adalah meminta Ketua Umum
DPA PA itu mempertanggungjawabkan dana yang sudah diterima dari Partai
Gerindra sekitar Rp 50 miliar.
Ketua BPPA, Azmi didampingi empat
rekannya membacakan pernyataan sikap mereka dalam konferensi pers di
Rumoh Aceh Kupi Luwak, Banda Aceh, Rabu (4/6) sore.
“Jika tiga poin ini tidak dipenuhi, maka kami menuntut Mualim/Teungku Muzakir Manaf sebagai Ketua Umum Partai Aceh untuk mundur dari jabatan dalam waktu secepatnya. Kami memohon kepada Tuha Peuet sebagai pimpinan tertinggi Partai Aceh untuk mengambil sikap terhadap persoalan ini secara arif dan bijaksana,” ujar Azmi.
Adapun
tiga poin yang mereka minta ke Mualim adalah supaya Ketua Umum DPA PA
itu mempertanggungjawabkan keputusan yang tidak sesuai mekanisme PA
dalam berkoalisi dengan Gerindra pada Pemilu 9 April 2014 serta
mendukung capres/cawapres, Prabowo-Hatta.
Selain itu mereka
meminta Mualim mempertangungjawabkan dana lebih kurang Rp 50 miliar yang
diterima dari Partai Gerindra beberapa waktu lalu, dan
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pemecatan terhadap elite PA
pada masa lalu yang disinyalir lebih bernuansa pribadi. “Serta terlalu
mudah mencap atau melabelkan pengkhianat bagi anggota Partai Aceh yang menolak atau mengkritisi Ketua Umum PA,” ucap Azmi yang berpostur tinggi besar.
Ditanya
wartawan, apakah mereka protes itu karena mendukung pasangan
capres/cawapres satu lagi, yaitu Jokowi dan Jusuf Kalla, Azmi mengatakan
mereka tidak sedang dalam posisi mendukung calon mana pun, tetapi
tindakan Mualim berkoalisi dengan Gerindra dan kini mendukung pasangan
Prabowo-Hatta melanggar mekanisme PA karena putusan tersebut diambil
tanpa melalui musyawarah.
“Persoalan siapa lagi di belakang
kami, ini menjadi PR bagi rekan-rekan wartawan untuk mencari tahunya.
Semoga semakin bertambah,” jawab Azmi.
Konferensi pers itu
dimulai sekitar pukul 15.30 WIB. Berlangsung tak sampai 30 menit. Azmi
juga membatasi wartawan agar jangan terlalu banyak bertanya, melainkan
mengutip saja pernyataan tertulis mereka yang sudah ditandatangani serta
dibacakannya itu. (sal)
Tuesday, June 10, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment