Saturday, April 5, 2014


Foto : Ketua Satgas PNA Ayah Merlin Saat Kampanye Akbar PNA Di Banda Aceh

BANDA ACEH– Mantan anggota perunding Gerakan Aceh Merdeka (GAM), M.Nur Djuli, hadir dalam kampanye akbar Partai Nasional Aceh (PNA), di Lampineueng, Banda Aceh.

Lelaki yang kerap disapa om Nur ini tampil dengan baju orange dan celana coklat. Saat dia menyampaikan orasi empat pria tegap anggota Satgas PNA berdiri dua di kiri dan dua di kanan.

Meski usia tak lagi muda itu bisa dilihat dari rambutnya yang sudah beruban, dia bicara lantang tanpa ragu-ragu. Memulai orasi langsung menyinggung isi Memorandum of Understanding (MoU) antara GAM dan RI di Helsinki, Finlandia 15 Agustus 2005 lalu.

“Dalam MoU disebutkan hak orang Aceh untuk mendirikan partai lokal. Artinya bukan hanya satu partai,” kata Nur Djuli.

Padahal kata dia, awalnya Pemerintah Republik Indonesia sudah menawarkan untuk mendirikan satu partai saja.
“Kamoe tulak, han meutueng (Kami tolak, kami tidak terima). Karena kami berunding bukan untuk mencari kekuasaan. Kami merunding untuk menentukan hak rakyat Aceh, bahwa ini adalah bangsa kita, kita memberikan 6 hak kepada pemerintah pusat yang lain semua menjadi hak bangsa Aceh,” ujarnya.

Pada terakhir orasi dia menyebutkan saat ini mayoritas mantan panglima GAM dan juru runding berada dalam PNA.

Ke -15 eks panglima GAM tersebut diantaranya: 1. Muharram Idris (Paglima Muda Aceh Rayek). 2. Ramadana (Panglima Bener meriah) 3. Ayah Merin (Sabang). 4. Alex / Baktiar (Mereuhom, Aceh Jaya). 5. Abrar Muda (Lhok, Tapak Tuan) 6. Nurdin (Singkil) 7. Win Kaka (Aceh Tenggara) 8. Panji (Gayo Lues) 9. Aman Begi (Aceh Tengah) 10. Almarhum Saiful Cage (Bireun) 11. Helmi (Tamiang) 12. Abu Sanusi (Pereulak, Aceh Timur). 13. Abu Yus (Meulaboh).
14. Abdul Rahman (Abdya). 15. Nurdin (Simeulu).

Daftar tim perunding GAM di Helsinki yang gabung PNA.
yaitu M. Nur Djuli, Teuku Hadi, Munawar Liza Zainal, Nurdin Abdurrahman, Shadia Marhaban dan Abdul manan (gubernur GAM sabang)

0 comments:

Post a Comment